BUKIT BATU PUTERI, NEGERI ATAS AWANDESTINASI WISATA YANG TERBALUT MISTERI

Oleh Yuni Ekastuti Ningsih, Desa Padang merupakan salah satu desa di kabupaten Lahat yang memiliki pemandangan luar biasa. Desa Padang berada di kecamatan Merapi Selatan, dengan estimasi waktu sekitar 45 menit menuju desa tersebut dengan mengendarai motor dari kota Lahat. Desa Padang memiliki kelebihan dengan adanya bukit Batu Puteri. Banyak kearifan lokal yang ada di desa tersebut, antara lain adat istiadat yang masih dipegang teguh oleh warga setempat walaupun zaman telah berkembang. Salah satunya, di desa tersebut terdapat kebiasaan “ Bersih desa, “ Bersih desa dilakukan apabila ada seorang laki-laki dan perempuan yang telah melakukan zina, atau hamil di luar nikah. Karena sudah mempermalukan desa, mereka harus mengadakan acara “ Bersih desa “ dengan memotong kerbau, dimasak dan dimakan bersama masyarakat desa setempat setelah permohonan ampun atas dosa yang dilakukan di hadapan Allah SWT. yang dipimpin oleh ketua adat.

Selain hukuman yang dilakukan untuk orang yang telah berizina, hukuman “ Bersih desa “ juga dibebankan pada orang yang sudah melakukan kerusuhan di desa yang menyebabkan pertumpahan darah. Sebagai hukuman maka yang bersangkutan harus menyediakan 5 buah lemang, ayam dan ketan hitam sebagai syarat “ Bersih desa. “Selain “ Bersih desa “ , ada juga kebiasaan di desa tersebut sehubungan dengan pemuda dan pemudi yaitu acara selendang atau balon jika ada acara pernikahan. Walaupun saat ini sudah banyak hiburan di acara pernikahan seperti organ tunggal, tetap saja pemuda pemudi desa Padang mempertahankan acara selendang (ningko’an) atau balon untuk mempererat persaudaraan di antara mereka.

Adapun mata pencaharian penduduk desa Padang rata-rata petani. Namun ada beberapa penduduk yang bekerja di perusahaan batu bara. Penduduk desa Padang yang memilih menjadi petani rata-rata menanam padi, kopi dan sawit. Dan saat ini, income desa terbantu dengan adanya destinasi bukit Batu Puteri yang terhampar di desa tersebut. Kerjasama antara kepala desa, perangkat desa, aparat desa dan Karang Taruna hingga saat ini bisa mempromosikan wisata bukit Batu Puteri hingga bisa terkenal sampai ke luar desa Padang, bahkan terkenal hingga ke luar daerah seperti Pagar Alam, Lubuk Linggau, Palembang, dan sebagainya.

Sebenarnya masih ada beberapa potensi wisata yang belum tergali di desa Padang seperti air terjun, makam Puyang dan batu megalite. Namun saat ini, potensi tersebut belum dikembangkan karena pemerintah setempat masih memprioritaskan dan mempromosikan bukit Batu Puteri. Bukit Batu Puteri merupakan salah satu destinasi wisata negeri atas awan yang memiliki ketinggian 505 mdpl. Berada di puncak bukit Batu Puteri, kita akan dimanjakan dengan pemandangan bukit Serelo, bukit Besak dan hamparan savana rerumputan hijau. Jalur pendakian menuju puncak bukit Batu Puteri cukup menantang. Medan yang dilalui cukup terjal dengan hamparan batu-batu besar dan berlumut, sehingga disarankan membawa peralatan pendakian yang lengkap dan didampingi oleh pemandu lokal atau warga setempat.

Jalur pendakian menuju bukit Batu Puteri memerlukan waktu sekitar 1,5 jam dari shelter awal perjalanan menuju puncak. Namun di balik keangkuhan bukit Batu Puteri, ada misteri yang hingga saat ini masih menyelimuti keberadaan bukit Batu Puteri. Awalnya penduduk setempat menyebut bukit tersebut dengan sebutan bukit “ Beteri “ yang artinya Puteri. Belakangan untuk lebih enak menyebut dan enak didengar, maka digantilah Beteri dengan Puteri. Konon kabarnya, ada seorang Beteri yang tinggal di tempat ketinggian ( bukit ). Beteri hidup sebatang kara di sebuah pondok panggung di puncak bukit. Sehari-hari Beteri membuat kain tenun, kemudian dia jual ke kota setelah selesai membuat kain tersebut. Suatu ketika, saat Beteri sedang bekerja, tiba-tiba benang untuk membuat kain tenun jatuh ke bawah pondoknya. Dalam kondisi lelah dan malas untuk turun ke bawah, Beteri bergumam,”siapelah ye pacak mbantu aku ngambekka benang tenunku, kalo die betine aku jadika sodara. Tapi kalo die lanang, aku jadika laki.“Tiba-tiba datanglah seekor anjing di hadapan Beteri, dan di mulutnya terdapat benang tenunnya. Mata Beteri terbelalak karena langsung teringat dengan janjinya. “Aku sudah berjanji, dan akan kupenuhi janjiku walau dia seorang anjing untuk menjadikan dia suamiku,” gumam Beteri dalam hati. Kemudian Beteri berkata pada sang anjing bahwa dia bersedia menjadi istrinya.

Hari-hari dilalui Beteri bersama suaminya seekor anjing. Entah bagaimana ceritanya, berpuluh tahun kemudian di atas bukit tersebut timbullah batu yang menyerupai seekor anjing dan seorang perempuan. Tidak ada yang tahu kenapa batu tersebut bisa menyerupai perempuan dan seekor anjing. Mungkin karena azab dari Allah akibat hidup dengan seekor anjing atau konsekuensi adat istiadat desa setempat atau memang dibuatkan megalit oleh masyarakat desa zaman dahulu.

Keberadaan batu tersebut bisa kita lihat di sisi kanan ketika kita akan mendaki menuju puncak bukit Batu Puteri. Jauh di bawah patung tersebut terdapat aliran sungai kecil yang sering disebut dengan ayek ulo tulung. Namun untuk mendaki puncak bukit Batu Puteri, para pendahulu telah membuka jalur yang tidak berbahaya. Karena konon kabarnya jika ada yang berani mendaki bukit Batu Puteri melalui jalur ayek tulung, banyak kejadian mistis seperti tersesat tidak tahu arah dan ada juga yang sampai kesurupan.

Lepas dari legenda tersebut, bukit Batu Puteri memang memiliki keindahan yang sayang untuk dilewatkan. Orang-orang yang memiliki jiwa petualang atau hanya ingin sekedar menikmati alam, pasti berminat untuk mendaki bukit Batu Puteri. Jika beruntung, kita bisa melihat negeri atas awan melalui puncak bukit Batu Puteri. Saat ini, bukit Batu Puteri telah dibuka untuk umum dan siapapun bisa melakukan pendakian ke sana. Kawasan bukit Batu Puteri telah dikelola secara baik oleh pemerintah dan pemuda setempat, sehingga dapat menjadi income pemerintah desa Padang.

Adapun pembagian pendapatan destinasi bukit Batu Puteri dibagi 4 bagian yaitu : 10% untuk Karang Taruna, 45% untuk desa, 20% untuk jalur pendakian ( karena melewati kebun penduduk ), dan 25% untuk kas panitia.Destinasi wisata bukit Batu Puteri mulai dibuka sekitar tahun 2022, tapi mulai menyebar luas tahun 2024 hingga saat ini. Untuk menuju desa Padang, kita bisa menggunakan kendaraan motor atau mobil. Sesampainya di sana, kita akan diarahkan untuk registrasi terlebih dahulu. Pengunjung akan dikenai biaya masuk yaitu biaya masuk per orangan sebesar Rp. 10.000,00. Kemudian biaya parkir untuk motor sebesar Rp. 10.000, dan parkir mobil sebesar Rp. 50.000,00.Setelah sampai di basecamp dan mengisi daftar pengunjung, panitia akan memeriksa dan menghitung barang bawaan pengunjung yang menimbulkan sampah. Jadi sampah tersebut akan dibawa turun kembali oleh pengunjung. Denda meninggalkan sampaj kisaran Rp. 20.000,00 hingga Rp. 50.000,00 sesuai jumlah besar kecilnya sampah yang ditinggalkan pengunjung.

Ketika akan melakukan pendakian, biasanya panitia akan memberikan informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan pendakian. Konon kabarnya, pengunjung tidak boleh membawa telur utuh ( yang masih bercangkang ) kecuali jika sudah dibuat sambel atau bisa memasukkannya di dalam botol air mineral, ketan hitam dan pisang ( jenis apapun ). Jika melanggar, konon akan berdampak terkena badai.Bagi yang penasaran dengan destinasi wisata satu ini, bisa meluncur ke desa Padang Kecamatan Merapi Selatan Kabupaten Lahat Sumatera Selatan. Bawa perlengkapan yang cukup terutama air minum, karena ketika kita menuju kesana di musim kemarau akan sangat langka air di puncak. Mata ini tak salah melihat, karena pasti kita akan mengaguminya ketika hamparan savana hijau dan view yang menyegarkan terhampar di hadapan kita ketika kita sudah berada di puncak bukit Batu Puteri.

Hati tak salah menilai, jika yang terhampar di depan mata pasti penciptanya lebih hebat dari pandangan mata. Penilaian selanjutnya ada di tangan pembaca. Bisa jadi penilaian kita berbeda, karena kita memandang dari sudut pandang yang berbeda. Mendatangi langsung dan menjelajah menuju puncak rasanya lebih menantang daripada hanya sekedar mendengar cerita tentang keindahan bukit Batu Puteri bukan? Siapa tahu kelak kita bisa berjumpa di puncak yang sama, yaitu puncak bukit Batu Puteri.

Data penulis ; Yuni Ekastuti Ningsih, Lahir di Lahat 13 Juni 1974, Alamat Jl. Microwave RT. 05 RW. 02 No. 04, Gunung Gajah Lahat Sumatera Selatan, penulis adalah seorang guru SDN 19 Lahat, SDN 6 Merapi Barat, serta MI Al-Hikmah Suka Makmur Gumay Talang

(naskah dan foto dikirim penulis keredaksi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *